Bermain adalah kegiatan yang sangat dekat dengan dunia anak. Kegiatan ini dapat dilakukan secara perorangan maupun berkelompok. Jenis permainan, jumlah peserta serta lamanya waktu yang dialokasikan untuk bermain, bergantung pada keinginan serta kesepakatan yang dibuat oleh para peserta. Menurut Anggani Sudono "Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak".[1]



Sejatinya, sebuah permainan merupakan salah satu sarana yang bisa dijadikan sebagai jalan untuk melakukan tranformasi ilmu kepada anak-anak. oleh sebab itu, ketika seseorang anak bermain, berarti ini bukan sebagai permainan yang dapat menghibur atau melakukan aktivitas keceriaan yang tanpa makna, melainkan lebih dari itu, yaitu permainan yang dimainkan oleh siapa pun akan mempunyai arti yang mendidik, walaupun tanpa disadari oleh orang yang melakukannya. Apabila sebuah permainan diartikan demikian maka apapun bentuk permainan yang ingin dilakukan bersama dengan anak-anak, akan melahirkan sebuah jalan untuk membuat mereka semakin berkembang dan maju dalam pendidikan yang sedang dilalui. Lebih dari itu, tidak salah jika dengan melakukan permainan inilah, mereka bertambah cerdas dan pintar.



Pada usia yang mungkin sangat belia, anak-anak yang berada di tingkat pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ini pasti memiliki kecenderungan yang cukup tinggi dalam melakukan permainan. Pada usia seperti ini kebanyakan anak selalu disibukkan dengan bermain dalam kehidupan sehari-hari, baik ketika di rumah, sekolah, sewaktu jalan-jalan, makan, menjelang tidur dan segalanya. Anak  TK ( Taman Kanak-Kanak)  dengan karakteristik umur 3-5 tahun kemampuan motoriknya berkembang cukup kuat sehingga mampu melakukan kegiatan dengan baik sehingga dapat mengkoordinasikan otak dan gerak.[2]



Selama pertumbuhannya, minat dan permainan anak selalu terkait dengan perkembangan kemampuannya. Oleh karena itu berbagai permainan sebenarnya bisa di rancang secara sengaja dengan maksud agar anak  meningkatkan beberapa kemampuan tertentu berdasarkan pengalaman belajar. Menurut Musfiroh "Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar".[3] Sebagian orang menyatakan bermain sama funfsinya dengan bekerja. Meskipun demikian, anak memiliki persepsi sendiri mengenai bermain. Bermain bagi anak berkaitan dengan peristiwa, situasi dan interaksi dan aksi. Bermain mengacu pada aktivitas seperti berlaku pura-pura dengan benda, sosiodrama dan permainan yang beraturan. Bermain berkaitan dengan tiga hal, yakni keikutsertaan dalam kegiatan, asfek afektif dan orientasi tujuan.



Permainan adalah tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak.[4] Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreatifitas, bahasa, emosi, sosial, dan sikap hidup. Permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Kegiatan bermain yang dilakukan anak memiliki ciri-ciri atau mengandung unsur sebagai berikut:

a.       Menyenangkan dan menggembirakan bagi anak

b.      Dorongan bermain muncul dari anak bukan paksaan dari orang lain

c.       Anak melakuklan karena spontan bukan sukarela dan tidak merasa diwajibkan

d.      Semua anak ikut serta dan secara bersama-sama sesuai pera masing-masing

e.       Anak berlaku pura-pura atau memerankan sesuatu

f.       Anak menetapkan aturan main sendiri, baik aturan yang diadopsi dari orang lain maupun aturan yang baru

g.      Anak berlaku aktif

h.      Anak bebas memilih atau bermain apa saja atau beralih kekegiatan bermain yang lain. [5]



Bermain sangat penting bagi anak, penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak bermain dapat dilakukan di sekolah dibawah pengawasan guru dan dapat juga dilakukan dirumah yang diawasi oleh orangtua. Anak dapat mengembangkan rasa harga diri melalui bermain, belajar sambil bermain, karena melalui bermain anak dapat memperoleh kemampuan untuk menguasai tubuh mereka, benda-benda yang ada di sekeliling anak dan keterampilan sosial yang memiliki tujuan dalam kehidupan. Bermain selain berfungsi penting bagi perkembangan pribadi anak, juga memiliki fungsi sosial dan emosional.[6] Melalui bermain anak akan merasakan berbagai pengalaman emosi , senang, sedih, bergairah, kecewa dan bangga, melalui bermain juga anak memahami tata cara pergaulan. Bermain bagi anak usia dini dapat mempelajarai dan belajar banyak hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi, kerjasama, dan menjunjung tinggi sportivitas. Di samping itu, aktivitas bermain juga dapat mengembangkan kecerdasan mental, spiritual, bahasa dan keterampilan motorik anak usia dini.[7]


Akbar Anas
________________________________

[1] Anggani Sandono (2006), Sumber Belajar dan Alat Permainan (untuk Pendidikan Anak Usia Dini), Cetakan kelima, Jakarta: Grasindo,  hal.1-2

[2] Soemiatri Patmonodewo (2003), Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 42

[3] Tadrikoatun Musfiroh (2008), Cerdas Melalui Bermain, Yogyakarta: Grasindi, hal.1

[4] Diana Mutiah (2010), Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana, hal. 113

[5] Tadrikoatun Musfiroh, Cerdas Melalui ..., hal 4

[6] Diana Mutiah , Psikologi Bermain…, hal. 113

[7] Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu (2013), Pendidikan Karakter Anak Usia Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD, hal. 149