Anak usia dini merupakan pribadi yang memiliki karakter yang sangat unik. Keunikan karakter tersebut membuat orang dewasa menjadi kagum dan terhibur melihat tingkah laku lucu dan mengemaskan. Akan tetapi tidak sedikit pula orang yang merasa kesal dengan tingkah laku anak yang dianggapnya nakal dan susah diatur. Sebagai orang tua atau pendidik yang baik, sudah tentu harus mengerti dan memahami berbagai karakter dasar anak usia dini. Sebab dikarakter itulah yang akan menjadi pusat perhatian untuk dikembangkan dan diarahkan menjadi karakter yang positif. Berikut ini adalah beberapa karakteristik anak usia dini menurut berbagai pendapat:

a. Unik, yaitu sifat anak itu berbeda satu sama lain. Anak memiliki bawaan, minat, kapabilitas dan latar belakang kehidupan masing-masing

b. Egosentris, yaitu anak lebih cendrung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Bagi anak sesuatu itu sepanjang hal tersebut berkaitan dengan dirinya

c. Aktif dan energik, yaitu anak lazimnya senang melakukan berbagai aktivitas. Selama terjaga dari tidu, anak seolah-olah tidak pernah lelah, tidak pernah bosan, dan tidak pernah berhenti dari aktivitasnya. Terlebih lagi kalau anak dihadapkan pada aktivitas yang baru.

d. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Yaitu anak cendrung memerhatikan, membicarakan, dan mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya terutama terhadap hal-hal baru

e. Eksploratif dan berjiwa petualang, yaitu anak terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat dan senang menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal yang baru.

f. Spontan, yaitu prilaku yang ditampilkan anak umumnya relative asli dan tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya.

g. Senang dan kaya fantasi, yaitu anak senang dengan hal-hal yang imajinatif. Anak tidak saja senang dengan cerita-cerita khayal yang disampaikan oleh orang lain, tetapi juga ia sendiri juga senang bercerita kepada orang lain.

h. Masih mudah frustasi, yaitu anak masih mudah kecewa bila menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan. Ia mudah menangis dan marah bila keinginannya tidak terpenuhi.

i. Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, yaitu anak masih kurang memiliki pertimbangan yang matang termasuk berkenaan dengan hal-hal yang mambahayakannya.

j. Daya perhatian yang pendek, yaitu anak lazimnya memiliki daya perhatian yang pendek, kecuali terhadap hal-hal yang secara instrinsik menarik dan menyenangkan.

k. Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman yaitu anak melakukan banyak aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada dirinya.
[1]

l. Semakin menunjukkan minat terhadap teman, yaitu anak mulai menunjukkan untuk bekerjasama dan berhubungan dengan temannya.



Selain karakteristik-kateristik diatas, karakteristik lainya yang tak kalah penting dan patut dipahami oleh setiap orang tua maupun peneliti adalah selalu memiliki bekal kebaikan, anak suka meniru, bermain dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.[2]

Pada dasarnya anak telah diberi bekal kebaikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya lingkunganlah yang berperan aktif dalam memepengaruhi dan mengembangkan bekal kebaikan tersebut. Anak akan menjadi baik, bila lingkungannya membuat baik dan demikian sebaliknya. Bekal kebaikan dimiliki anak sejak lahir. Oleh karenanya pada saat usia dini anak harus dibiasakan dengan hal-hal yang baik, agar potensi kebaikan anak dapat berkembang sebagaimana mestinya. Dengan demikian, akan tertanam pada diri anak karakter yang positif.

Sudah menjadi hal yang lumrah kiranya, bila ada anak yang suka meniru gerakan dan dan prilaku kedua orang tuanya atau lingkungan didekatnya. Apabila anak melihat dan merasakan akan senantiasa diikuti oleh anak. Meskipn secara nalar anak belum dapat memilih dan mengerti mana yang baik dan mana yang burk. Bagi anak apa yang menjadi membuatnya senang dan menarik maka itulah yang akan diikuti oleh anak. Maka dari itu dibutuhkan keteladanan yang baik agar membentuk karakter anak yang baik pula. Bermain merupakan kesukaan setiap anak usia dini. Bahkan, orang dewasa pun terkadang juga masih suka bermain. Dalam konteks pendidikan karakter bermain harus dijadikan dasar dalam kegiatan pembelajaran.[3] Bagaimana anak dibuat senag dan dapat memperhatikan tujuan pembelajaran. Harapannya agar anak tidak malas, jenuh dan dan bosan dalam mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran


RELIANTI
----------------------------------------------------------
[1]Syamsu Yusuf L.N dan Nani M Sugandhi (2013),Perkembangan Peserta Didik,cet. IV Jakarta: Rajawali Press, hal 48-50


[2] Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifutu Khorida, Pendidikan Karakter…, hal.46


[3] Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifutu Khorida , Pendidikan Karakter…, hal.83