a. Makna Bahasa

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka.
[1] Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian menyusun pendapat dan menarik kesimpulan.

Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.

“Bagi anak-anak usia tiga, empat, lima tahun, tibalah masa pertumbuhan dahsyat di bidang bahasa. Perbendaharaan kata meluas dan struktur semantic dan sintaksis bahasa mereka menjadi semakin rumit. Perubahan dalam hal bahasa ini mewakili perkembangan kemampuan kognitif. Anak-anak menjadi pemikir yang lebih rumit dan, sejalan dengan pertumbuhan mereka, perubahan ini tercermin pada bahasa mereka. Anak-anak usia tiga, empat dan lima tahun ingin tahu tentang bahasa dan semakin percaya kepada bahasa untuk memberitahukan keinginan dan kebutuhan mereka”.[2]

Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain. Pendidik perlu menerapkan ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif. Anak terus perlu dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya.

b. Perkembangan Bahasa Pada Anak

Anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut:

1) Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapana orang lain.

2) Pengembangan pembendaharaan kata, yaitu anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.

3) Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, yaitu kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat tunggal (satu kata), seiring dengan meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan komplekas.

4) Ucapan, yiatu kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalu imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain.[3]



Penjelasan di atas menyatakan bahwa perkembangan bahasa pada anak dapat memberikan manfaat agar anak didik mampu memahami, pengembangan pembendaharaan kata, penyusunan kata-kata menjadi kalimat dan mengembangkan kemampuan mengucapkan kata-kata yang merupakan hasil belajar melalu peniruan terhadap suara-suara yang didengar anak.

c. Tipe Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa yang terbaik adalah ketika anak-anak bertindak sebagai rekan percakapan dan masuk ke dalam percakapan yang sebenarnya. Perkembangan bahasa anak pada dasarnya memiliki tipe-tipe sendiri. Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu egocentric speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog) dan socialized speech (komunikasi yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya).[4]

Penjelasan diatas menyatakan bahwa ada dua tipe perkembangan bahasa yaitu egocentric speech atau berbicara menolog berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya, misalnya anak terbentur dengan dinding maka ia akan memarahi dinding tersebut, pemikiran anak pada saat ini masih sangat minim, apapun yang ia lakukan, hal tersebut merupakan hal yang paling benar karena kemampuang kognitif yang masih baru berkembang. Sementara socialized speech mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial, disini anak telah mampu untuk bersosial dengan anak didik lainnya, hal tersebut yang harus diberika arahan mengenali nilai-nilai kehidupan anak didik untuk saling berbagi, mengalah antara satu sama lain sehingga perkembangan afektif tersebut dapat dikembangkan melalui kegiatan sosial anak.
Kecerdasan Linguistik

Semenjak baru lahir seorang anak sudah memiliki kecerdasan, tetapi masih bergantung kepada orang lain untuk mengembangkannya. Kecerdasan ini akan terus berkembang sejalan dengan bertambahnya umur yang terus menerus dan interaksinya terhadap lingkungan. Sumber kecerdasan seseorang adalah kebiasaannya untuk membuat produk-produk baru yang mempunyai nilai budaya (kreativitas) dan kebiasaannya menyelesaikan masalah secara mandiri (problem solving).[5] Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari berbagai dimensi, Gardner mengatakan kecerdasan itu memiliki pengertian yang lebih luas, tidak hanya terpaku pada kemampuan menghitung (kemampuan logika matematika) dan kemampuan menggunakan bahasa (kecerdasan linguistik, akan tetapi kecerdasan yang dimiliki manusia itu berbeda-beda menurut potensi yang dimilikinya.[6] Gardner menyebutnya dengan “multiple intelligences”. Dalam teori multiple intelligences ada terdapat tiga paradigma mendasar tentang kecerdasan manusia yang dapat dijadikan prinsip pelaksanaan pembelajaran, diantaranya sebagai berikut: a) kecerdasan tidak dibatasi tes formal, b) kecerdasan itu multi dimensi, c) kecerdasan, proses discovering ability.[7] Ada 9 kecerdasan anak yakni: kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musical, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan natural, kecerdasan spiritual.[8] Pembahasan dalam penelitian ini menitik beratkan pada kecerdasan linguistik pada anak usia Taman Kanak-kanak.

Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Tujuan mengembangkan kecerdasan linguistik yaitu agar anak mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan baik, memiliki kemampuan bahasa untuk meyakinkan orang lain, mampu mengingat dan menghafal informasi, mampu memberi penjelasan, dan mampu membahas bahasa itu sendiri siswa atau anak yang memiliki kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa, seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Purwa Atmaja menyatakan:

Anak dengan kecerdasan linguistic cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama seseorang, istilah-istilah baru maupun hal-hal yang sifatnya detail. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, anak-anak ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya.[9]



Kecerdasan linguistik terdiri atas beberapa komponen, termasuk fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatika.[10] Orang yang amat berbakat bahasa mempunyai kepekaan yang tajam terhadap bunyi atau fonologi bahasa. Mereka sering menggunakan permainan kata-kata, rima, tongue twister, aliterasi, onomatope, dan tiruan bunyi-bunyian seperti bel.[11] Kecerdasan logika berpikir anak dapat ditunjukkan dari kecerdasan bahasa yang ia miliki. Anak yang mampu berbicara/berbahasa dengan baik dan juga lancar, memungkinkan logika berpikirnya juga akan bagus. Pandai berbahasa bukan hanya berarti menguasai banyak bahasa, tapi juga memiliki kemampuan dalam mengolah bahasa.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mengajarkan bahasa ibu terlebih dahulu untuk mendorong logika berpikir seorang anak.[12] Pemikir berciri linguistik biasanya mahir pula memanipulasi sintaksis (struktur atau susunan kalimat) bahasa. Pemikir yang merupakan ahli tata bahasa yang terunggulpun terus menerus mencari kesalahan lisan atau tulisan yang kadang terjadi dalam kehidupannya sendiri atau kehidupan orang lain.[13]

3. Urgensi Kecerdasan Linguistik

Terdapat beberapa alasan mengapa kecerdasan Linguistik itu perlu dimiliki oleh setiap anak. Menurut May Lwin, pentingnya pengembangan kecerdasan linguistik disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Kecerdasan Linguistik dapat meningkatkan kemampuan membaca.

2. Kecerdasan Linguistik dapat meningkatkan kemampuan menulis.

3. Kecerdasan linguistik dapat membangun pembawaan-diri dan keterampilan linguistik umum.

4. Kecerdasan Linguistik dapat meningkatkan keterampilan mendengarkan.[14]



Kecerdasan yang baik juga berpengaruh terhadap pembawaan diri seseorang. Kecerdasan ini menentukan ketika seseorang berbicara di depan umum. Pendidik perlu melatih kemampuan anak-anak didiknya untuk tampil percaya diri ketika berbicara di depan umum. Pendidik dapat mengikutsertakan anak-anak didiknya pada lomba menyanyi, membaca cerita, membaca puisi atau memberikan kesempatan kepada setiap anak didiknya untuk menyanyi atau membaca cerita di depan kelas. Kegiatan-kegiatan seperti itu dapat melatih anak-anak untuk dapat berbicara di depan umum. Anak-anak pun dapat terasah kemampuan membawakan dirinya ketika berhadapan dengan banyak orang.

4. Karakterstik Kecerdasan Linguistik Anak

Pada umumnya, orang yang memiliki kecerdasan linguistik memiliki beberapa karakteristik sebagai berkut:

1. Mendengar dan merespon setiap suara, ritme, warna dan berbagai ungkapan kata.

2. Menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis dari orang lain,

3. Belajar melalui menyimak, membaca, menulis, dan diskusi,

4. Menyimak secara efektif, memahami, menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa yang diucapkan.

5. Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan, dan mengingat apa yang telah dibaca.

6. Berbicara secara efektif kepada berbagai pendengar, berbagai tujuan, dan mengetahui cara berbicara secara sederhana, fasih, persuasive, atau bergairah pada waktu-waktu yang tepat.

7. Menulis secara efektif, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, dan menggunakan kosakata yang efektif.

8. Memperlihatkan kemampuan untuk mempelajari bahasa lainnya.

9. Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan membaca untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, mempengaruhi, menciptakan pengetahuan, menyusun makna, dan menggambarkan bahasa itu sendiri.

10. Berusaha untuk mengingatkan pemakaian bahasanya sendiri.

11. Menunjukkan minat dalam jurnalisme, puisi, bercerita, debat, berbicara, menulis atau menyunting,

12. Menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru atau karya tulis orisinil atau komunikasi oral.[15]



Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan linguistik sangat perlu dikembangkan pada anak usia dini. Karena akan membantu proses belajar anak baik di sekolah maupun di masyarakat. Pada anak usia dini, kecerdasan linguistik muncul dari berbagai bentuk dan aktivitas yang dapat di jabarkan sebagai berikut:

(1) Anak senang berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan teman sebaya maupun orang dewasa, biasanya dilakukan anak-anak usia 2 hingga 6 tahun.

(2) Anak senang bercerita panjang lebar tentang pengalaman sehari-hari, apa yang dilihat dan diketahui (usia 3-6 tahun).

(3) Anak mudah mengingat nama teman dan keluarga (usia 2-6 tahun), tempat, hal-hal sepele yang pernah didengar atau dikenal termasuk jingle iklan (usia 3-6 tahun).

(4) anak suka membawa-bawa buku dan pura-pura membaca (usia 2-4 tahun), suka buku dan cepat mengeja melebihi anak-anak usia 4-6 tahun).

(5) Anak mudah mengucapkan kata-kata, menyukai permainan kata, suka melucu (usia 3-6 tahun).

(6) Anak suka dan memperhatikan cerita atau pembacaan cerita dari pendidik (usia 2-6 tahun) dan dapat menceritakan kembali dengan baik (usia 4-6 tahun).

(7) Anak memiliki lebih banyak kosa kata daripada anak-anak seusianya yang ditunjukkan saat anak berbicara (usia 3-6 tahun).

(8) Anak suka meniru tulisan di sekitarnya dan menunjukkan pencapaian di atas anak-anak sebayanya; mampu membuat pengulangan linear (usia 4-6 tahun), huruf acak (usia 3-6 tahun), dan menulis dengan ejaan bunyi atau fonetik (TK A) dan menulis dengan ejaan sebagian sudah benar (TK B).

(9) Anak suka membaca tulisan pada label makanan-elektronik,papan nama, toko-rumah makan, jdul buku, dan sejenisnya.

(10) Anak menikmati permainan linguistic, seperti tebak-tebakan, acak huruf dan mengisi kata pada potongan cerita.[16]

Stimulus dari lingkungan memberikan pengaruh besar pada kemampuan otak anak yang pada akhirnya akan mempengaruhi keterampilan anak dalam mengolah kata-kata dan berbicara. Kurangnya ajakan komunikasi sedari kecil akan berdampak pada kurangnya kemampuan berbahasa seorang anak yang membuat anak cenderung jadi pendiam. Pandai berbahasa bukan hanya berarti menguasai banyak bahasa, tapi juga memiliki kemampuan dalam mengolah bahasa. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengajarkan bahasa ibu terlebih dahulu untuk mendorong logika berpikir seorang anak. Kecerdasan logika berpikir seorang anak dapat ditunjukkan dari kecerdasan bahasa yang dimilikinya. Anak yang mampu berbicara/ berbahasa dengan baik dan juga lancar, memungkinkan memiliki logika berpikir yang baik.

5. Aktivitas Pendukung Kecerdasan Linguistik

Pendidik anak usia dini haruslah kreatif. Pendidik anak usia dini harus dapat menciptakan berbagai strategi dan aktivitas yang dapat mengoptimalkan berkembangnya berbagai kemampuan linguistik dalam diri anak. Kemampuan linguistik ini perlu untuk dikembangkan karena dapat membantu anak untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungannya baik melalui lisan maupun tulisan.

Berikut ini merupakan berbagai cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan linguistik anak usia dini:

1. Menanamkan kecintaan terhadap buku.

2. Pengenalan baca-tulis.

3. Pengembangan kemampuan berbicara.

4. Pengesahan kepekaan pragmatik.

5. Kepekaan bahasa dan humor permainan bunyi.

6. Pengembangan kemampuan menyimak.[17]



Combourne seperti yang dikutip oleh Musfiroh menyimpulkan ada tujuh kondisi untuk meningkatkan kecerdasan Linguistik pada anak, yaitu penenggelaman (immersion), demonstrasi (demonstration), harapan (expection), tanggung jawab (responsibility), kegiatan (employment), aproksimasi (approximation) dan umpan balik (feed back).[18] Pada proses penenggelaman atau immersion, anak-anak secara fisik harus berada dalam lingkungan budaya baca tulis (literacy). Ruang kelas juga harus dirancang sesuai dengan tujuan untuk mendukung pengembangan kecerdasan linguistik. Pendidik harus dapat menjadi model dalam pengembangan kecerdasan. linguistik anak karena anak usia dini belajar melalui model. Pendidik memerlukan berbagai media dan sumber belajar untuk menjelaskan materi-materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada anak.

Adapun strategi-strategi pengajaran kecerdasan linguistik menurut Amstrong yang dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk anak usia dini adalah melalui

(1) Becerita/ mendongeng, Bercerita atau mendongeng bukan hanya kegiatan yang bersifat hiburan untuk anak-anak, melainkan sebuah kegiatan yang memiliki manfaat besar dalam mengembangkan berbagai pengetahuan anak. Pendidik dapat menggabungkan konsep-konsep,ide-ide, dan tujuan-tujuan instruksional yang penting ke dalam cerita yang akan pendidik sampaikan secara langsung kepada anak. Ketika anak diminta untuk bercerita, anak juga akan mengembangkan konsep-konsep, ide-ide yang ada dalam benaknya. Anak juga dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi melalui kegiatan bercerita.

(2) Bertukar Pikiran/ Brainstorming,anak dapat mencurahkan pikiran . yang dapat dikumpulkan dan ditulis di kertas, papan tulis, atau media yang lainnya. Strategi ini membuat semua anak yang mengemukakan gagasan memperoleh penghargaan khusus untuk pemikiran-pemikirannya yang orisinal.

(3) Rekaman, memanfaatkan rekaman sebagai strategi untuk pengembangan kecerdasan . linguistik. Merekam dengan menggunakan tape recorder dapat menjadi media anak untuk belajar menggunakan kecerdasan linguisik dan kemampuan . anak dalam berkomunikasi, memecahkan masalah, dan mengemukakan pendapat pribadi anak. Tape recorder dapat digunakan sebagai pengumpul informasi, pelapor informasi dan penyedia informasi.

(4) Jurnal Penulisan, dapat diterapkan dalam pendidikan anak usia dini adalah menulis jurnal pribadi. Menulis jurnal pribadi mendorong anak untuk membuat catatan tentang suatu bidang tertentu. Jurnal ini dapat dibuat sepenuhnya pribadi, hanya diceritakan kepada pendidik atau juga dapat dibacakan secara teratur di depan kelas. Jurnal pribadi ini juga dapat merangkum kecerdasan majemuk dengan memperbolehkan penggunaan gambar, sketsa, foto, dialog, dan data non . lain.[19]



Strategi pembelajaran bahasa yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kecerdasan linguistik anak diantaranya dengan menggunakan cara bercerita, bertukar pikiran dalam pengembangannya metode yang digunakan dalam Taman Kanak-kanak ialah metode bercerita, metode bercakap-cakap serta dapat menggunan rekaman dan jurnal penulisan dengan menggunakan media audio dan visual. Kesemua metode yang dilakukan adalah dalam upaya mengembangkan kecerdasan lingustik anak yang berguna untuk kemampuan bersosialisasi anak dimasa yang akan datang.




[1] Nurbiana Dhieni (2005), Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 1.8


[2] Seefeldt Carol & A. Wasik Barbara (2008), Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah, Jakarta: Indeks, hal.73


[3] Syamsu Yusuf (2007), Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 119-120


[4] Nurbiana Dhieni, Metode Pengembangan…, hal. 3.5


[5] Munif Chatif (2009), Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelegences di Indonesia , Bandung: Kaifa, hal. 71


[6] Howard Gadner dalam Ummu Hayya Nida, Melejitkan Talenta Sang Buah Hati, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, hal.194


[7] Muhammad Fadlillah (2012), Desain Pembelajaran PAUD , Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, hal.197-199


[8] Ummu Hayya Nida, Melejitkan Talenta…, hal.195


[9] Purwa Atmaja Prawira (2012), Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, hal.155


[10] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan…,hal. 154


[11] Armstrong,Thomas (2013), Kecerdasan Multiple di dalam Kelas (terjm.). Jakarta: Indeks, hal 23


[12] http://anak-usiadini.blogspot.com/2012/01/kecerdasan-linguistik-verbal.html, diakses

pada hari Senin, 26-07-2015, pukul 17.00


[13] Thomas Amstrong, 7Kinds of Smart..., hal. 20


[14] Lwin, May, dkk, (2005), How to Multiply Your Child’s Intelligences: Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Jakarta: Indeks, hal 4


[15] Campbell, Linda, dkk. (2002) Multiple Intelligences Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Jakarta: Inisiasi Press, hal 34


[16]Musfiroh Tadkirotun (2011), Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka, hal 87




[17] Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan…, hal 75


[18] Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan…, hal 75


[19] Armstrong,Thomas, Kecerdasan…, hal 23