Media audio visual merupakan wahana penyampaian informasi atau pesan pembelajaran pada peserta didik, dengan media audio visual diharapkan guru dapat merangsang perkembangan otak anak-anak. Audio visual dalam media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dapat membantu menimbulkan pengertian dan ingatan yang kuat pada pesan yang disampaikan dan dapat dipadukan dengan unsur suara, merangsang minat dan perhatian siswa dengan gambar dan warna yang kongkrit dan aspek suara, programnya mudah direvisi sesuai dengan kebutuhan dan penyimpanannya mudah karena ukurannya kecil, sedangkan kelemahannya antara lain memerlukan waktu yang relatif panjang untuk pembuatannya, memerlukan biaya yang relatif besar dan menyajikan gambar yang gerakannya terbatas.[1]

Dalam perkembangan kognitif anak, media audio visual sangat bermanfaat bagi anak, karena dengan media audio visual anak-anak belajar sambil bermain sehingga makna yang terkandung dalam lagu dapat dipahami anak-anak. Peralatan audiovisual tidak harus digolongkan sebagai pengalaman belajar yang diperoleh dari penginderaan pandang dan dengar, tetapi sebagai alat teknologis yang bisa memperkaya serta memberikan pengalaman kongkret kepada siswa.[2] Manfaat menggunakan audio visual dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Mempermudah dalam menyampaikan dan menerima pembelajaran atau informasi serta dapat menghindarkan salah pengertian.

b. Mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak, hal ini disebabkan karena sifat audio visual yang menarik dengan gambar yang dibuat semenarik mungkin membuat anak tertarik dan mempunyai keinginan untuk mengetahui lebih banyak.

c. Mengekalkan pengertian yang didapat, karena selain bisa menampilkan gambar, grafik, diagram ataupun cerita. Sehingga mengekalkan pengertian. Pembelajaran yang diserap melalui penglihatan (visual) sekaligus dengan pendengaran (audio) dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan.

d. Tidak membosankan, maksudnya ialah karena sifatnyayang variatif, siswa dalam pembelajaran tidak merasa bosan, karena sifatnya yang beragam film, tiga dimensi atau empat dimensi, dokumenter dan yang lainnya. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang variatif tidak tidak membosankan para siswa.[3]

Iriansyah
---------------------------------------------

[1] Rudi, Media…., hal. 17-18


[2] Nana Sudjana (1989)Teknologi Pengajaran, Bandung: Sinar Baru, hal 58


[3] Nana Sudjana, Teknologi Pengajaran...............hal 59