Perkembangan anak diawali dari lingkungan keluarga, orang tua adalah Pembina pertama dalam kehidupan anak-anak begitu lahir yang mulai mengenali lingkungan dan orang-orang terdekatnya. Jiwa mereka yang masih lembut itu sangat dibentuk dan dicorak oleh lingkungan pertamanya yaitu keluarganya sendiri, anak adalah amanah Allah kepada orang tuanya. Anak yang baru lahir hatinya masih suci bagaikan kertas putih yang masih bersih dari segala corak dan warna, jika dibiasakan dan dibina untuk menjadi baik maka ia akan menjadi baik. Kalau anak sudah mampunyai prilaku baik maka kedua orang tuanya, para guru dan pendidikpun akan menuai kebahagian dunia dan akhirat. Keluarga adalah lingkungan pertama yang menjadi pangkal dan dasar hidup dikemudian hari.

Kehidupan keluarga yang aman dan tentram, prilaku yang baik hendaknya dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan terdekat anak.

Dalam kehidupan keluarga cara membentuk prilaku anak adalah dengan cara membiasakan melakukan hal-hal yang baik. Pendidikan langsung diberikan oleh orang tua. pendidikan akan dinilai rampung bila anak mereka sudah dewasa siap untuk berumah tangga dan mampu mandiri setelah menguasai sejumlah keterampilan praktis sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan hidup di masyarakat lingkungannya.

Pengembangan berbahasa anak dimulai dari menyimak, bercakap-cakap, bercerita, berkomunikasi. Perkembangan bahasa pada anak-anak yang baru dapat terlihat setelah anak memasuki usia satu tahun. Pada usia Taman Kanak-kanak yang umumnya berusia tiga sampai lima tahun serta terbagi dalam dua golongan,”golongan pertama yang berusia tiga sampai empat tahun diperkirakan menguasai 1.500 kosa kata dan menyukai bunyi dan irama la la la, sementara golongan kedua berusia empat sampai lima tahun menggunakan kalimat sudah mulai gramatis dengan penguasaan kosa kata sekitar 2.500 kosa kata”.
[1]

Kegiatan menyimak anak hampir semuanya berpusat pada diri anak, terutama pada masa prasekolah, dimana perkembangan anak sangat egois, anak melihat dirinya sebagai pusat dunianya, segala sesuatu disekitar dirinya adalah untuk kepentingan dirinya, anak pada masa ini menciptakan dunianya sendiri. Kegiatan menyimak memang berawal dari kegiatan mendengar semua hal yang anak-anak dengar dan akan mereka simpan dalam memori mereka.

Kemudian bercakap-cakap dimana anak saling berkomunikasi lewat perasaan dan kebutuhan secara verbal, selain itu bercakap-cakap untuk terjadinya komunikasi yang merupakan proses dua arah yang diperlukan keterampilan mendengar, menyimak, dan berbicara. Keterampilan menyimak cukup berperan bagi anak dalam mengajak lawan bicaranya, tanpa keterampilan menyimak yang baik anak tidak akan mampu berkomunikasi dengan baik dan efektif, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya respon dari masing-masing yang berkomunikasi, baik berupa tanggapan jawaban atau pertanyaan. Bercakap terdiri dari dua jenis kegiatan yaitu monolog dan dialog.[2]

1. Monolog adalah berbicara aktif sedangkan yang lain hanyalah mendengarkan. Monolog merupakan kegiatan bercakap-cakap yang dilakukan olehsatu orang yang berbicaratanpa diberi tanggapan selain mendengarkan.[3]

Kegaitan monolog seperti guru meminta anak didik untuk menceritakan keadaan keluarganya, satu demi satu anak diminta berbicara didepan kelas untuk menceritakan keadaan keluarganya dan orang yang paling dekat dengan anak tersebut apakah nenek dan kakek atau mungkin tante dan pamannya bahkan pengasuhnya. Biasanya anak didik berbicara semau mereka, selama topic yang dibicarakan tidak menympang guru hanya memberi arahan jika anak didik sudah mulai kehabisan ide-ide dalam penyampaiannya.

2. Dialog, kegiatan dialog minimal dilakukan oleh dua orang pembicara yang berkomunikasi dua arah dan saling member tanggapan, kegiatan dialog yang terjadi pada anak didik bisa terjadi secara sengaja atau tidak sengaja. Kegiatan yang disebngaja terjadi dalam kelas baik antara anak dengan anak yang lain maupun antara guru dan anak didik.

Beberapa aspek yang dapat dikembangkan lewat dialog diantaranya adalah:

a. Perkembangan kognitif yang mampu meningkatkan kemampuan menalar, memecahkan masalah mengenal lingkungan fisik dan lingkungan sosial, mengenal symbol, mengenal orang dan lingkungan.

b. Perkembangan emosi, menunjang kemampuan menyatakan senang atau tidak senang mengenal orang, benda, situasi, kejadian dan pekerjaan.

c. Perkembangan sosial, menunjang perkembangan prilaku bergaul dan bekerjasama dengan orang lain.[4]



Berdasarkan pada pernyataan diatas guru menyediakan kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik untuk mengembangkan kemampuan bercakap-cakap dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menunjang penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.



BUDIANTO

------------------------------------------------------

[1] E. Nuraeni (2000), Metode Pengembangan Kemampuan Berbahasa, Jakarta: Erlangga, hal.14


[2] E. Nuraeni, Metode Pengembangan…, hal. 13


[3] E. Nuraeni, Metode Pengembangan…, hal. 13


[4] E. Nuraeni, Metode Pengembangan…, hal. 16