Menurut para ahli, anak telah memiliki alat pemerolehan bahasa dan keupayaan membaca sejak ia dilahirkan. Membaca hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan. Disebut kegiatan fisik, karena ada bagian tubuh yang melakukannya, disebut bagian dari kegiatan mental karena ada bagian pikiran terutama dan ingatan terlibat didalamnya.

Membaca dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah. Program ini dititik beratkan pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan bahan diajarkan melalui permainan dan kegiatan menarik sebagai perantara pembelajaran.

Membaca dini sebagai persiapan anak usia Taman Kanak-kanak, agar dapat membaca kata-kata sederhana atau mengetahui dan memahami kata-kata bemakna untuk persiapannnya memasuki tingkat pendidikan selanjutnya. Membaca juga dapat diartikan menterjemahkan simbol-simbol atau gambar kedalam suara yang dikombinasikan dengan kata-kata, kata-kata disusun agar orang lain dapat memahaminya.
[1]

Membaca dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah dan merupakan usaha persiapan anak memasuki pendidikan berikutnya. Program ini menumpukan perhatian pada perkataan-perkatan utuh dan bermakna dalam berbagai macam konteks pribadi anak-anak. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengajarkan membaca dini adalah:

a. Materi bacaan harus terdiri dari kata-kata, fase-fase dan kalimat. Ini berarti bahwa bacaan itu harus mempunyai makna yang dapat dipahami oleh anak. Bahan-bahan pembelajaran harus berhubungan erat dengan pengalaman anak atau yang pernah mengalaminya.

b. Membaca terutama didasarkan pada kemampuan memahami bahasa lisan, dengan adanya kemampuan memahami makamakna dari tulisan juga dapat dilakukan dengan mudah, kalau anak memahami makna roti bakar, berenang dalam bahasa lisan, akan mudah bagi anakuntuk belajar dengan bahan-bahan itu (gambar), kemampuan memahami bahasa lisan adalah suatu dasar yang penting untuk belajar membaca dini.

c. Mengajarkan membaca bukan mengajarkan aspek-aspek kebahasaan seperti tata bahasa, oleh karena itu bahan pembelajaran membaca dini haruslah yang berada dalam ruang lingkup kemampuan bahasa dan berpikir anak.

d. Pengajaran membaca dini haruslah menyenangkan bagi anak, ini sesuai dengan sifat dan perkembangan anak dimana anak suka bermain dan lekas merasa bosan.[2]



Berdasarkan pendapat diatas pengenalan kata-kata, penekanannya pada pengenalan persamaan antara apa yang diucapkan dan apa yang ditulis sebagai symbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca hal terpenting adalah mengerti apa yang dibaca.

Tahapan perkembangan membaca dini yaitu anak sudah mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak balik buku dan terkadang anak membawa buku-buku kesukaannya. Ada beberapa tahapan dalam perkembangan membaca anak yakni:

a) Tahap Fantasi (magical stage)

Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukannya.

b) Tahap Pembentukan Konsep Diri (self concept stage)

Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.

c) Tahap Membaca Gambar (Bridging reading stage)

Anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memilki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalnya serta sudah mengenal abjad.

d) Tahap Pengenalan Bacaan(Take-off reader stage)

Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic, semantic, dan syntatic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.

e) Tahap Membaca Lancar (Independent reader stage)

Anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. [3]



Untuk mendukung tahap-tahap membaca anak maka guru harus mengetahui kesiapan anak dalam membaca dini. Adapun prilaku kesiapan membaca dini dapat diperlihatkan anak sebagai berikut:

a) Rasa ingin tahu tentang benda-benda dalam lingkungan, manusia, proses dan sebagainya.

b) Mampu untuk menterjemahkan atau membaca gambar dengan mengidentifikasikannya dan menggambarkannya.

c) Menyeluruh dalam pembelajaran anak.

d) Melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa percakapan khususnya dengan kalimat.

e) Memiliki kemampuan untuk membedakan persamaan dan perbedaan dalam suara secara cukup baik untuk mencocokkan satu suara dengan yang lainnya.

f) Keinginan untuk belajar membaca.

g) Memiliki kematangan emosional yang cukup untuk dapat berkonsentrasi dan terus menerus dalam tugas.

h) Memiliki kepercaan diri dan stabilitas emosi.[4]

2. Manfaat Membaca Permulaan

Manfaat membaca bagi anak usia dini antara lain

a) Mengembangkan kemampuan otak dan kecerdasan,

b) Meningkatkan kemampuan anak,

c) Mempersiapkan pendidikan anak,

d) Mencegah kerusakan saraf otak,

e) Melatih daya ingat,

f) Memperbanyak kosakata dan meningkatkan kemampuan menyusun kalimat. [5]



Secara khusus membaca memiliki dampak positif bagi kecerdasan sebagai berikut:

a. mempertinggi kecerdasan verbal/linguistik karena banyak membaca akan memperkaya kosakata,

b. meningkatkan kecerdasan matematis-logis dengan memaksa untuk menalar serta mengurutkan secara teraturdan berpikir logis untuk mengurutkan jalan cerita atau memecahkan suatu misteri,

c. mengembangkan kecerdasan interpersonal dengan mendesak untuk akan cita-cita hidup,[6]

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak manfaat membaca dini pada anak diantaranya meningkatkan kecerdasan-kecerdasan anak serta mempersiapkan anak menuju jenjang pendidikan berikutnya. Menurut hemat penulis pada anak usia dini yang utama bukanlah hanya mengajarinya bisa membaca, tapi bagaimana cara kita untuk menumbuhkan minat baca buah hati kita

3. Meningkatkan Minat Membaca Anak Usia Dini

Membaca bukan hanya sekedar mampu melafalkan tulisan saja. Kegiatan membaca buku merupakan kegiatan kognitif yang mencakup proses penyerapan pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dengan terbiasa melakukan kegiatan itu, pengetahuan, imajinasi, dan krativitas anak terbuka lebar. Tidak berlebihan jika buku disebut sebagai jendela dunia sekaligus investasi masa depan. Anak boleh membaca buku apa saja selama isinya membawa nilai – nilai kebaikan. Jangan lupa, sifat pembelajar adalah salah satu kunci sukses di masa depan. Untuk menjadikan anak memiliki budaya baca yang baik, maka perlu melakukan pembinaan minat baca anak. Pembinaan minat baca anak merupakan langkah awal sekaligus cara yang efektif menuju bangsa berbudaya baca. Masa anak-anak merupakan masa yang tepat untuk menanamkan sebuah kebiasaan, dan kebiasaan ini akan tumbuh dewasa kelak.

Upaya menumbuhkan dan meningkatkan minat baca di Taman Kanak-kanak, bukannya tidak dilakukan pemerintah melalui lembaga relevan telah mencanangkan program minat baca. Hanya saja yang dilakukan pemerintah ataupun institusi swasta belum optimal. Karena itu perlu menumbuhkan minat baca anak sejak dini. Dengan menumbuhkan minat baca sejak dini diharapkan budaya membaca masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan. Menumbuhkan minat baca anak harus melibatkan beberapa kompenen diantaranya:.

a. Orang tua

Banyak orang tua berpikir bahwa pendidikan anakdimulai ketika mereka memasuki sekolah setidaknya pada saat anak mereka memasuki play group dan Taman Kanak-kanak. Namun fakta menunjukkan bahwa sesaat setelah bayi lahir, otak bayi mulai berfungsi penuh dan siap menyerap semua informasi untuk digunakan kemudia oleh bayi tersebut. Karena itu mulailah proses pengajaran sejak kelahiran. Buanglah pemikiran bahwa pengajaran dan pendidikan hanya bisa dilakukan oleh guru disekolah atau mereka yang ahli dalam bidang pendidikan formal.

Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya misalnya mereka acuh tidak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan /melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan anaknya belajar atau tidak, tidak mau tahu kesulitan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan dalam belajar dapat menyebabkan anak tidak berhasil dalam belajar.[7]



Orang tua berperan aktif untuk membantu anak mereka yang masih kecil untuk menguasai yang masih kecil untuk menguasai kemampuan membaca agar mereka terhindar dari dari masalah dikemudian hari dalam pendidikan disekolah. “ tentunya untuk menumbuhkan rasa suka membaca orang tua harus menjadi contoh baginya. Rasa suka membaca akan tumbuh bika ia sering melihat orang tuanya membaca buku dalam kesehariannya”.[8] Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh lingkungan sekitar agar dapat menimbulkan minat baca pada anak:

1. Jadilah orang tua yang suka membaca

Anak adalah peniru ulung. Apa yang dilihat dan didengarnya akan mudah diserap dan ditiru. Ketika orang tua suka sekali nongkrong di depan TV untuk melihat telenovela, maka anak akan mengikuti apa yang dilakukan orang tuanya. Begitu pula ketika melihat orang tuanya serius membaca buku anak akan termotivasi untuk melakukan apa yang dilihatnya dari oang tuanya. Pada awalnya anak akan termotivasi untuk meniru orang tuanya ketika membaca buku, tetapi lama kelamaan anak akan menemukan keasyikan dan kenikmatan sendiri untuk membaca buku.

Orang tua tidak perlu memaksa anak untuk membaca. Karena pada dasarnya anak adalah suka meniru, maka dengan sendirinya mereka akan mengikuti apa yang dilakukan orang tua atau orang-orang yang ada disekitarnya.

2. Jadilah orang tua pendongeng

Orang tua dapat memperkenalkan anaknya yang masih balita dengan buku-buku yang terdapat gambar berwarna-warni. Anak usia dua tahun keatas umumnya sudah mengenal beberapa binatang dan beberapa benda. Pilihan buku cerita yang menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan binatang kesukaannnya atau benda-benda yang ada disekitarnya.

Bukan berarti anak harus membaca sendiri buku tersebut. Tetapi orang tua harus pandai-pandai menjadi pendingeng yang aktif dan menarik, dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Dengan memperkenalkan anak-anak pada nuku sejak dini untuk mencintai buku dan rajin membaca.

3. Berawal dari bacaan ringan

Langkah awal yang dapat dilakukan orang tua untuk menumbuhkan minat baca pada anak selain orang tua harus menjadi teladan adalah dengan memberikan bacaan-bacaan ringan tetapi menarik. Bacaan yang ringan tapi disukai anak adalah buku cerita yang bergambar tetapi sedikit teks.

4. Membuat perpustakaan mini

Salah satu usaha yang perlu dilakukan orang tua dalam membangun minat baca adalah membuatkan tempat khusus untuk buku-buku yang dimiliki anak. Ini adalah salah satu motivasi yang besar bagi orang tua untuk menumbuhkan dan membiasakan anak membaca.

5. Motivasi bukan paksaan

Dalam hal apapun pasti diperlukan motivasi, begitu pula menumbuhkan minat baca pada anak. Banyak sekali motivasi yang dapat diberikan orang tua untuk membiasakan anaknya membaca. Karena keinginan orang tua yang begitu kuat untuk membiasakan anaknya membaca maka banyak orang tua yang memaksakan anaknya rajin belajar dan membaca. Hal ini bukan memberi motivasi akan tetapi mematikan motivasi. Bila anak dipaksa yang terjadi adalah keinginan anak untuk membaca adalah karena paksaan bukan karena keinginanya sendiri, jadi anak akan mau membaca jika disuruh atau dipaksa.

6. Hindari kebiasaan menonton TV /VCD/play station secara berlebihan.

Berbagai penelitaian diungkapkan bahwa menonton televise bisa berpengaruh pada daya konsentrasi anak. Gambar yang berwarna-warni dengan gerak yang begitu cepat bisa menganggu konsentrasi belajar anak. Tayangan yang hanya memperlihatkan bacaaan dengan durasi waktu yang begitu cepat sehingga susah untuk dibaca dan diikuti mambuat anak malas membaca. Padahal untuk menikmati dan memahami bacaan dibutuhkan konsentrasi dan waktu yang lama bagi anak-anak. [9]



Untuk membudayakan minat baca orang tua dan lingkungan haruslah berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung anak untuk mulai menyukai kegiatan membaca. Diantaranya dengan menjadi orang tua yang gemar membaca dan suka membacakan dongeng untuk anak, tidak membiasakan anak menonton televisi secara berlebihan dan tanpa pengawasan, serta selalu memberikan motivasi agar anak menjadi anak yang percaya diri dan tertarik dengan kegiatan membaca.

b. Sekolah dan lingkungan

Faktor sekolah dan lingkungan juga mempengaruhi kemampuan membaca anak. Factor lingkungan itu mencakup latar belakang dan pengalaman dirumah, dan sosial ekonomi keluarga anak. Selanjutnya dalam kaitannya dengan pengembangan minat membaca anak di Taman Kanak- kanak, sekolah dalam hal ini Taman Kanak-kanak perlu memperhatikan:

1. Dimensi Edukatif Pedagogik

Dimensi ini menekankan pada tindak tanduk motivasional apa yang dilakukan oleh para guru dikelas, untuk semua bidang studi yang pada akhirnya anak akan tertarik dan memiliki minat terhadap kegiatan membaca untuk tujuan apa saja. Karena pengajaran saat ini adalah berpusat pada anak didik mak pengembangan minat baca hendaknya dimulai dari aktivitas belajar sehari-hari.

2. Dimensi Sosio Cultural

Dimensi ini mengandung makna bahwa minat baca anak dapat digalakkan berdasarkan hubungan dan kebiasaan anak didik sebagai anggota masyarakat , misalnya dalam masyarakat paternalistic, orang tua atau pemimpin selalu menjadi panutan . jika yang diajar memiliki panutan yang memiliki minat baca yang tinggi mak dapat diprediksikan bahwa anak juga dengan sendirinya terbawa situasi tersebut, artinya anak akan memiliki kegemaran membaca juga.


RELIANTI


--------------------------------------------------

[1] Sudjana (1996), Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya, hal.31


[2]Salehuddin (2000), Upaya Guru dalam Menumbuhkan Minat Baca pada Anak, Bandung: Asa Mandiri, hal.23


[3] Depdiknas. 2007. Persiapan Membaca dan Menulis Melalui Permainan. Jakarta: Depdiknas, hal.4-6


[4] Jasni Herlani (2008), Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta: Gema Insani, hal. 24


[5] Taufik Adi Susilo (2011), Calistung,Jogjakarta: Hak cipta, hal. 11-13


[6] Jordan E. Ayan dalam Taufik Adi Susilo (2011), Calistung,Jogjakarta: Hak cipta, hal. 12-13




[7]Slameto (2010), Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, cet. V, Jakarta: Rineka Cipta, hl.61


[8] Maimunah Hasan (2010), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), cet. II, Jogjakarta: DIVA Press, hal.318


[9] Ummu Hayya Nida (2009), Melejitkan Talenta Sang Buah Hati, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, hal.216