Terdapat kekurangan dan kelebihan metode pembiasaan yaitu sebagai berikut.:

a. Kelebihan

1) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode pembiasan akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

2) Pemanfaatan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks dan rumit menjadi otomatis.

3) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniyah.
[1]



b. Kekurangan

1) Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif murid, hal ini oleh murid lebih banyak dibawa konformitas atau kesesuaian dan lebih diarahkan kepada uniformitas atau keseragaman.

2) Kadang-kadang pelatihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

3) Membentuk kebiasaan yang sangat kaku karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapatkan kecakapan memberikan respon otomatis tanpa intelegensinya.

4) Dapat menimbulkan verbalisme yang bersifat kabur atau tidak jelas karena murid lebih banyak dilatih menghafal soal-soal dan menjawab secara otomatis.[2]



Dari gambaran mengenai lkelebihan dan kekurangan metode pembiasaan tersebut selaku pendidik harus melakukannya secara bijak. Agar pembiasaan tersebut bermanfaat dan menghasilkan perubahan prilaku yang diharapkan.

B. Pembentukan Karakter Anak

1. Pengertian Karakter

Secara etimologis, kata karakter bisa bermakna tabiat, sifat sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain atau watak.[3] Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti atau akhlak, dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri-ciri karakteristik atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentuk-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan sejak lahir.[4] Karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil juga bawaan sejak lahir.[5] Pendapat lain mengatakan bahwa karakter ialah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebajikan, mau berbuat baik terhadap lingkungan) terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam prilaku.[6]

Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa karakter sebenarnya mengacu kepada serangkaian pengetahuan, sikap dan motivasi serta prilaku dan kerampilan. Dengan demikan pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga anak paham, mampu merasakan dan mampu melakukan yang baik. Pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral. Pembudayaan karakter mulia perlu dilakukan dan terwujudnya karakter mulia merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan. Budaya yang baik di lembaga pendidikan, baik sekolah, kampus maupun yang lainnya berperan penting dalam membangun akhlak mulia di kalangan civitas akedmi dan para karyawannya.

Karakter adalah” siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain sedang melihat kamu. Karakter juga adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua. selanjutnya karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu.Demikian juga karakter bukanlah seberapa baik kamu daripada orang lain, hakikatnya karakter tidaklah tetap atau tidak relatif.[7].

Banyak orang tua yang masih bingung dan bertanya-tanya bagaimana cara yang benar untuk membentuk karakter anak. Para orang tua yang menyerahkan seluruhnya pembentukan karakter kepada guru atau lingkungan di sekolah. Seharusnya karakter anak dibangun dari hal-hal yang kecil yang ada di lingkungan rumah.

2. Pembelajaran Pendidikan Karakter

Dalam pembentukan karakter, pembelajaran merupakan salah satu hal terpenting yang harus dilakukan. Dalam proses pembelajaran untuk tujuan pembentukan karakter setiap lembaga pendidikan harus menerapkan pembelajaran-pembelajaran yang sesuai diantaranya pembelajaran berbasis kasih saying, pembelajaran berbasis kebersamaan, pembelajaran berbasis ketauhidan, pembelajaran berbasis kreativitas, dan pembelajaran berbasis lingkungan.[8] Adapumn jabaran pembelajaran pendidikan dalam upaya pembentukan adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran Berbasis Kasih Sayang

Kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang paling pokok bagi manusia termasuk bagi anak. Kasih sayang merupakan komponen dasar yang paling utama dalam proses pembentukan karakter atau akhlak anak. Anak yang kurang kasih sayang cenderung mempunyai karakter yang tidak baik. Mendidik denan kasih saying selain diajarkan secara langsung dari keluarga, juga dilaksanakan disekolah. Mendidik dengan kasih saying merupakan usaha tersendiri bagi pendidik.

b. Pembelajaran Berbasis Kebersamaan

Pembelajaran berbasis kebersamaan merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda, setiap anggota harus saling bekerjasama, belajar belum dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai pelajaran. Dengan menerapkan konsep pembelajaran berbasis kebersamaan setiap anak akan mempunyai tanggung jawab tentang pentingnya menghargai orang lain, bertanggung jawab dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berpendapat dan berkeksplorasi.

c. Pembelajaran Berbasis Ketauhidan

Makna tauhid berarti mengesakan Allah atau kuatnya kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Hal ini berkaitan dengan akidah yaitu apa yang diyakini oleh anak, akidah yang benar akan menjadi landasan seseorang untuk melakukan amal perbuatannya. Akidah yang benar akan menuntun anak untuk berbuat yang benar dan nilai-nilai kebenaran.[9]

d. Pembelajaran Berbasis Kemandirian

Belajar mandiri memandang siswa sebagai manajer dan pemilik tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar mandiri mengintegrasikan self-management (manajemen konteks, menentukan setting, sumber daya dan tindakan) dengan self monitoring (siswa memonitor, mengevaluasi dan mengatur srategi belajarnya), kemandirian sangat penting diajarkan kepada anak supaya anak saat beraktivitas tidak bergantung dengan orang lain.[10]

e. Pembelajaran berbasis kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, fleksibilitas dan orisinilitas dalam berpikir serta kemampuan untuk berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi, memperkaya, memerinci suatu gagasan. Sarana bermain adalah salah satu cara untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksploitasi yang penting untuk mengembangkn kreativitas, pembelajaran ini juga bisa dilakukan dengan bercerita karena dapat meningkatkan imajinasi dan fantasi anak.[11]

f. Pembelajaran berbasis lingkungan

Lingkungan merupakan hal yang penting dalam proses pendidikan. Bagi anak usia dini, lingkungan adalah tempat yang paling dominan untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Lingkungan berpengaruh kepada kepribadian anak dan membentuk watak anak. Dalam upya menanamkan pendidikan karakter sejak dini lingkungan perlu dibuat dan dijadikan sebaga sarana pembelajran seoptimal mungkin yang pada gilirannya anak dapat belajar mengenal diri sendiri maupun orang lain atau bahkan masyarakat, serta lingkungan. [12]

3. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Nilai-nilai pendidikan karakter harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan anak. Pendidikan karakter lebih menekankan kepada kebiasaan yan positif, kebiasaa-kebiasaan inilah yang kemudian akan menjadi suatu karakter yang membekas dan tertanam dalam jiwa anak. Berikut adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat diimplemtasikan dalam kegiatan pembelajaran pada anak usia dini.

a. Relejius, yaitu sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang di anutnya, toleran terhadap pelaksanaan agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur, yaitu prilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebgai orang yang selalu percaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaannya.

c. Torelansi, yakni sikap dan tindakan untuk menghargai setiap perbedaan, baik agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan pendapat orang lain.

d. Displin, tindakan yang menunjukan prilaku yang tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras, sikap atau prilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimilikinya.

g. Mandiri, yang merupakan prilaku yang tidak mudah bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

h. Demokratis, cara bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.

i. Rasa ingin tahu, sikap untuk selalu berupaya untuk mengetahui lebih dalam dari sesuatu yang telah dipelajarinya.

j. Semangat kebangsaan, berwawasan kebangsaan dan menempatkan kepentingan bangsa diatas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Menghargai prestasi, sikap yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat.

l. Bersahabat dan komunikatif, tindakan yang memperlihatkan senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

m. Cinta damai, yakni prilaku yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya.

n. Gemar membaca, kebiasaan untuk menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan dirinya.

o. Peduli lingkungan, sikap untuk perduli terhadap alam sekitar, menjaga dan mengembangkan lingkungan sekitarnya.

p. Peduli sosial, sikap yang selalu ingin memberikan bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

q. Tanggung jawab, sikap atau prilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.[13]

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai karakter anak berarti menanamkan nilai moral agar anak memiliki akhlak yang baik yang dapat menjadi bekalnya dimasa dewasa. Menurut Indonesian Heritage Fondation seperti yang dikutip oleh Dharma Kesuma ada 9 karakter yang perlu ditanamkan pada setiap diri anak Indonesia yakni:

1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaa-Nya (love Allah, Trust, reverence, loyalty)

2. Kemandirian dan tanggung jawab (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness)

3. Kejujuran/amanah, bijaksana (trustworthiness, reability, honesty)

4. Hormat dan santun (respect, courtesy, obidien)

5. Dermawan, suka menolong dan gotong royong (love, compassion, caring, emphaty, generousity, moderation, cooperation)

6. Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras (confident, assertiveness, creativity, resourcarefulness, courage, determinationand anthusiasm)

7. Kepemimpinan dan keadilan (justice, fairness, mercy, leadership)

8. Baik dan rendah hati (kindness, friendliness, humility, modesty)

9. Toleransi dan kedamaian dan kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness, unity)[14]

Pembentukan karakter melalui penanaman nilai-nilai yang baik harus dimulai sejak dini. Pembentukan karakter anak dari dini akan membentuk pemimpin-pemimpin berkarakter yang baik di masa mendatang.










[1] Muhibbin Syah , Psikologi Pendidikan… hal 123


[2] Saiful Sagala (2003) Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, hal 217


[3] Doni Koesoma A (2010) Pendidikan Karakter: Srategi Mendidik Anak di Zaman Modern Global, Jakarta: Grasindo, hal 80


[4] Doni Koesoma A, Pendidikan Karakter…, hal. 80


[5] Doni Koesoma A, Pendidikan Karakter…, hal. 81


[6] Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter…., hal. 21


[7]Fatchul Mu’in, (2011), Pendidikan Karakter: Kontruksi Teoritik dan Praktek, Yokyakarta: Ar-Ruzz, hal 161.


[8] Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter…., hal. 21


[9] Muhammad Fadilah & Lilif Maulifatu Khorida (2013) Pendidikan Karakter Anak Usia Dini: Konsep & Aplikasinya dalam PAUD Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hal 116


[10] Muhammad Fadilah, Pendidikan Karakter Anak ....hal 119


[11] Iman Musbikin (2006) Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein Yogyakarta: Mitra Pustaka, hal 7


[12] Rita Mariyana (2010) Pengelolaan Lingkungan Belajar Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal 34


[13] Muhammad Fadilah, Pendidikan Karakter Anak…,hal 119


[14] Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter…, hal.14